
Ketua Yayasan Pendidikan Bina Satria Mulia, Zulasfan Tufti, SE, MM
mengatakan menjadi seorang guru harus terus memperbaharui keilmuannya dengan
mengikuti berbagai pelatihan. Bukan menjadi ‘guru yang lontong basi’ yang bisa
merugikan peserta didik. “Ada istilah ‘guru lontong basi. Guru yang termasuk
dalam kriteria ini adalah gaya mengajar masih jadul, suka berteriak-teriak,
menghukum pakai, ancaman, yang tidak mengerjakan PR disuruh keluar, bel
berbunyi masih santai menggosip atau sarapan, tidak kreatif,” kata Zulaspan
Tupti saat membuka training dan workshop Guru Inspiratif dan Kreatif di Era
Digital untuk guru SD dan SMP Yaspen Bina Satria Mulia di Jalan Aluminium I
Medan, Senin (20/6). Pelatihan digelar dua hari Senin-Selasa, dengan nara
sumber, Rini Ekayati, SS, MHum dan Muhammad Arifin, MPd. Zulaspan menegaskan,
tipe guru seperti tersebut harus ditinggal dan berubah menjadi guru yang
menginspirasi peserta didik dan kreatif dalam mengajar. Apalagi di era digital,
seorang guru harusnya mampu memanfaatkan dan menjadi produsen keilmuan di media
sosial sehingga bisa dimanfaatkan anak didik. Dia berharap training dan
workshop ini menjadi moment untuk melihat keilmuan dan kemampuan. Sejauh mana
posisi seorang guru mampu menstranper ilmu dengan baik. “Selama ini kita
menganggap apa yang kita berikan sudah terbaik. Padahal, sudah capek guru
mengajar tetapi peserta didik juga tidak bisa menerima ilmu yang diberikan.
Alias tranper keilmuannya tidak berjalan,” katanya. Menurutnya, kegagalan
dalam menyampaikan keilmuan karena caranya sudah basi, tidak update, dan sudah
tidak layak lagi. “Dengan pelatihan ini kita berharap, peserta pelatihan bisa
memilah dan bisa melihat, mana guru yang disebut ‘guru lontong basi’ atau guru
profesional dalam menjalankan tugas,” ucap Zulaspan yang juga Dekan Fakultas
Ekonomi ini. Sementara narasumber Rini Ekayati menjelaskan, seorang guru dalam
mengajar harus bisa menginpirasi anak didiknya. Caranya dengan kreatif dalam
mengajar. Guru yang kreatif, lanjutnya tidak selalu menyerah terhadap
keterbatasan yang dimiliki tetapi bisa memanfaatkan keterbasan menjadi sebuah
hasil yang optimal dengan memanfaatkan sumber-sumber yang ada di sekitarnya.
“Guru yang kreatif pastinya akan selalu memiliki nilai lebih,” ucapnya. Sementara
Muhammad Arifin, MPd menegaskan, saat ini guru harus mampu menjalankan profesi
dengan baik. Agar terlaksana guru harus bisa menjadi guru baru. Artinya, guru
yang selalu bergairah dalam mengajar. “Kita harus menjadi guru baru. Artinya,
meskipun sudah lama mengajar tetapi kinerja tetap ibarat guru baru, selalu
bergairah, guru yang selalu menaklukkan diri dimana jujur, tetap percaya diri
meskipun lulusan perguruan tinggi lokal, banyak membaca buku, siap
ditempatkan dimana dan bisa beradaptasi dengan lingkungan,” katanya.
Guru baru, katanya tegar, menggunakan resep sukses, hadir tepat waktu, memiliki
sikap yang baik dan berprestasi serta tidak berorientasi pada angka (gaji)
tetapi masa depan. Sebelumnya Kepala SMP Bina Satria Mulia, Muhammad Nasir,
pelatihan ini dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran. “Dari
pelatihan ini guru nantinya bisa menstranper ilmu kepada peserta didik memiliki
suatu inovasi yang baru di antara guru dilatih mengelola kelas dunia maya,”
katanya. Dia berharap dengan pelatihan ini ada energi baru untuk menyongsong
pembelajaran pada tahun pelajaran 2016-2017